Selasa, 31 Desember 2013
Pendidikan di INDONESIA
Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orang. Namun tidak semua orang mempunyai keberuntungan untuk dapat duduk di bangku sekolah. Salah satu faktor penghambatnya adalah perekonomian. Ada beberapa orang yang mempunyai harta berlimpah, namun tak memiliki keinginan yang tinggi untuk mencari ilmu. Ada pula sebagian orang yang mempunyai semangat tinggi untuk mengais ilmu, namun tidak punya cukup uang untuk membayar biaya pendidikan. Biaya pendidikan memang semakin tahun semakin meningkat. Walaupun pemerintah telah memberikan dana pendidikan ke lembaga-lembaga pendidikan negeri, namun sepertinya dana tersebut tidak tersalurkan kepada sasaran yang tepat. Dan justru banyak yang diselewengkan oleh para pejabat negeri ini.
Pendidikan di Indonesia memang sudah tertinggal dari negara-negara tetangga. Seperti China, Korea, Singapura, bahkan Malaysia. Usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini sudah dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya yang baru-baru ini marak di kalangan aktivis bidang pendidikan yaitu kurikulum 2013. Kurikulum baru ini disajikan sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum 2013 mata pelajaran akan di integrasikan, sehingga akan memadu menjadi tema-tema. Menyatukan materi demi materi ke dalam satu tema di ibaratkan segelas jus yang terdiri dari beberapa macam buah, namun setelah diblender mereka akan menyatu menjadi satu kesatuan dan tidak lagi terasa masing-masing buah tersebut, yang ada hanya rasa campuran beberapa buah menjadi sebuah rasa jus baru. Begitulah konsep dari kurikulum 2013.
Untuk penerapan dari kurikulum 2013 itu sendiri masih belum merata secara maksimal. Hal ini tidak lain karena luasnya wilayah Nusantara ini yang terdiri dari berjuta-juta pulau dan puluhan propinsi. Tidaklah mudah meratakan kualitas pendidikan di negri ini. Lalu bagaimanakah tindak lanjut pemerintah untuk pemerataan kurikulum 2013 ke seluruh wilayah nusantara?
Rabu, 29 Mei 2013
Mahasiswa PGSD Unej Demo Tuntut Pengembalian Uang Praktikum
Puluhan mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
FKIP Universitas Jember, berunjukrasa di halaman kantor dekan. Mereka menuntut
pengembalian uang praktikum. Mereka menilai uang tersebut bentuk
pungutan liar atau pungli terhadap mahasiswa.
Unjukrasa sempat memanas setelah para mahasiswa berusaha merangsek masuk ke ruang dekan. Bahkan sempat terjadi aksi dorong, antara mahasiswa dengan pihak satpam kampus FKIP Unej.
Setelah dilakukan negosiasi, akhirnya para mahasiswa mengalah dan menggelar orasi di halaman kantor dekanat. Mereka juga memampang sejumlah poster menuntut pengembalian uang praktikum.
Korlap aksi, Wahyu mengatakan, penarikan uang praktikum terjadi sejak tahun 2009. Besaran penarikannya juga bervariasi, mulai Rp 75 ribu hingga 250 ribu per semester bagi tiap mahasiswa.
"Namun penggunaan uang itu tidak jelas. Juga tidak ada transparansi bagaimana pengelolaannya. Apalagi, ketika praktikum, mahasiswa masih mengeluarkan biaya sendiri. Praktikum juga hanya dilakukan satu kali pada semester 3. Padahal pembayarannya rutin tiap semester. Bantuan dari pihak kampus ketika mahasiswa praktikum, tidak sesuai dengan uang yang sudah masuk," urai Wahyu dalam orasinya, Kamis (23/5/2013).
Oleh karena itu, mahasiswa akhirnya menuntut agar uang tersebut dikembalikan. Mereka juga menuntut agar biaya praktikum tersebut dihapus saja.
"Jangan jadikan kami sebagai sasaran pungli. Kami di sini mencari ilmu, bukan untuk dijadikan sapi perah. Jangan bodohi kami," kata Wahyu disambut teriakan dukungan dari para mahasiswa.
Dekan FKIP Unej, Sunardi yang menemui mahasiswa, mengaku telah melakukan evaluasi terhadap masalah tersebut. Pihaknya juga memenuhi tuntutan mahasiswa untuk mengembalikan biaya praktikum. "Akan kita kembalikan. Tapi mengenai transparansi, hal itu sudah institusi yang akan melakukab audit," tegas Sunardi.
Untuk
memastikan pengembalian itu, akhirnya mahasiswa menyodorkan surat
pernyataan kepada dekan. Unjukrasa pun bubar setelah Sunardi
menandatangani surat pernyataan itu.
Sabtu, 25 Mei 2013
Tokoh Inspirasi Bangsa
Negara berkembang
maupun negara maju pasti tidak lepas
dari yang namanya pendidikan, karena untuk membentuk suatu negara yang unggul diperlukan pendidikan sebagai sarana
pembentuk generasi penerus bangsa yang berintelektual tinggi.
Semakin baik
kualitas pendidikan suatu negara, dapat dikatakan sumberdaya
manusia yang dimiliki semakin baik pula untuk memajukan
dan mengharumkan negaranya. Untuk membentuk SDM yang unggul tersebut diperlukan
pendidikan yang tinggi dan tentunya berkualitas. Kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh sarana
dan prasarana pendidikan tersebut, tetapi juga ditentukan oleh peran seorang
tokoh hebat yang kita kenal dengan sebutan
guru. Menjadi seorang
guru tidaklah semudah yang orang pikirkan.Tugas seorang guru amatlah berat, tak
hanya mengajar siswanya guru juga mempunyai tugas mendidik siswa agar kelak dapat
tumbuh menjadi anak berguna bagi bangsa dan negaranya.
Hal
terpenting namun sering terlupakan daris eorang guru dalam mendidik siswanya adalah
kejujuran. Kejujuran adalah segala-galanya. Berbohong merupakan bibit dari korupsi
dan menyontek adalah perilaku korupsi kecil. Lalu apakah seorang guru yang
membiarkan siswanya menyontek telah mendidik siswanya untuk berperilaku jujur? Mari
kita tengok, banyak siswa yang menyontek demi memperoleh nilai dan tugas terpenuhi
tanpa mengerti apa yang mereka kerjakan. Tidak sedikit pula siswa yang
mengikuti tambahan pelajaran “Les” pada
guru mata pelajaran tertentu demi mendapat nilai yang bagus. Banyak guru jaman sekarang
yang hanya mengajarkan materi pada siswanya
tanpa memperdulikan apakah siswanya memahami atau tidak. Guru meremehkan dan membiarkan
siswanya tidak bisa serta mengajarkan siswanya bahwa nilai dapat dibeli dengan uang.
Perilaku yang sering terjadi pada saat siswanya menghadapi UN, yaitu tidak percaya
akan kemampuan siswa. Guru yang semacam itulah yang menyebabkan merosotnya mutupendidikan
suatu negara. Guru yang hanya memikirkan upah / gaji saja, namun tidak menjalankan
tugasnya sebagai seorang guru dengan baik.
Negara
kita merupakan negara yang sangat luas. Terdiri dari beribu-ribu pulau serta suku
bangsa. Dari berbagai macam ras dan etnik, masih banyak yang belum mengenyam pendidikan
secara maksimal. Di beberapa tempat terluar pulau Indonesia banyak anak-anak seusia
SD belum mendapatkan pendidikan yang layak. Lihatlah, Sekolah yang ada di Pulau
Sebatik (perbatasan Malaysia), jangankan komputer ataupun laptop, kondisi sekolah
saja sangat jauh dari kata layak. Kondisinya dapat dikatakan sangat memprihatinkan,
fasilitas belajar sudah tidak layak pakai dan gedung-gedung mulai rusak akibat belum
pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Tak
usah jauh-jauh, di Jember saja masih banyak daerah-daerah yang belum mendapatkan
pendidikan yang layak, baik sarana prasarana maupun tenaga pendidik. Hal ini membuktikan
bahwa pendidikan di Indonesia masih belum merata. Tidak
meratanya pendidikan juga mengakibatkan kualitas masyarakat Indonesia
tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Padahal pendidikan merupakan factor
utama dalam membangun karakter bangsa.
Tugas guru memanglah berat,
tapi jika dilakukan dengan ikhlas pasti menjadi ringan dan menyenangkan. Diperlukan
guru yang berkualitas untuk dapat membangun karakter generasi penerus bangsa
yang unggul. Guru harus memperhatikan cara mendidik siswa yang baik agar dapat mencetak
sumber daya manusia yang nantinya dapat memajukan negara ini. Guru juga berperan
penting dalam pemerataan pendidikan, tanpa hadirnya seorang guru, apalah artinya
pendidikan di negara ini. Kita sebagai generasi penerus bangsa ikut bertanggung
jawab atas pemerataan pendidikan di negara tercinta ini. Salah satu wadah untuk
membantu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui langkah nyata dibidang pendidikan
ini adalah UJAR. Unej Mengajar “Ujar”
merupakan langkah kecil untuk perubahan besar, inilah lading inspirasi untuk negeri.
Menjadi Sobat Pengajar bukanlah pengorbanan, ini adalah kesempatan sekaligus kehormatan
besar untuk mengenal bangsa Indonesia secara langsung dan utuh khususnya di
Kabupaten Jember.
Kamis, 24 Januari 2013
Thank's GOD!
Hari yang cerah ketika aku menulis artikel ini. Tak kalah cerah dengan suasana hatiku saat ini.
Baru saja aku mendapat sms dari temanku yang mengatakan bahwa nilai Strategi Pembelajaran sudah keluar.
Buru-buru ku nyalakan laptop dan ku buka website www.siam.unej.ac.id .
Ketika muncul di bagian "Home" seketika aku senyum dengan hati bungah melihat IPku 3,50
Padahal dari tadi malam aku sumpek karena melihat IP sementara 3,43 (sebelum nilai SP keluar). Dan setelah ku lihat hasil studi ternyata aku mendapat nilai A pada matakuliah SP.
Syukurlah pas dengan target. Aku menargetkan IP 3,50 - 4,00 Yaaa paling enggak gak dibawah tergetku laah :) Thanks GOD.
Langganan:
Postingan (Atom)