Home

Rabu, 29 Mei 2013

Mahasiswa PGSD Unej Demo Tuntut Pengembalian Uang Praktikum


Puluhan mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Jember, berunjukrasa di halaman kantor dekan. Mereka menuntut pengembalian uang praktikum. Mereka menilai uang tersebut bentuk pungutan liar atau pungli terhadap mahasiswa.


Unjukrasa sempat memanas setelah para mahasiswa berusaha merangsek masuk ke ruang dekan. Bahkan sempat terjadi aksi dorong, antara mahasiswa dengan pihak satpam kampus FKIP Unej.

Setelah dilakukan negosiasi, akhirnya para mahasiswa mengalah dan menggelar orasi di halaman kantor dekanat. Mereka juga memampang sejumlah poster menuntut pengembalian uang praktikum.

Korlap aksi, Wahyu mengatakan, penarikan uang praktikum terjadi sejak tahun 2009. Besaran penarikannya juga bervariasi, mulai Rp 75 ribu hingga 250 ribu per semester bagi tiap mahasiswa.


"Namun penggunaan uang itu tidak jelas. Juga tidak ada transparansi bagaimana pengelolaannya. Apalagi, ketika praktikum, mahasiswa masih mengeluarkan biaya sendiri. Praktikum juga hanya dilakukan satu kali pada semester 3. Padahal pembayarannya rutin tiap semester. Bantuan dari pihak kampus ketika mahasiswa praktikum, tidak sesuai dengan uang yang sudah masuk," urai Wahyu dalam orasinya, Kamis (23/5/2013).

Oleh karena itu, mahasiswa akhirnya menuntut agar uang tersebut dikembalikan. Mereka juga menuntut agar biaya praktikum tersebut dihapus saja.

"Jangan jadikan kami sebagai sasaran pungli. Kami di sini mencari ilmu, bukan untuk dijadikan sapi perah. Jangan bodohi kami," kata Wahyu disambut teriakan dukungan dari para mahasiswa.

Dekan FKIP Unej, Sunardi yang menemui mahasiswa, mengaku telah melakukan evaluasi terhadap masalah tersebut. Pihaknya juga memenuhi tuntutan mahasiswa untuk mengembalikan biaya praktikum.  "Akan kita kembalikan. Tapi mengenai transparansi, hal itu sudah institusi yang akan melakukab audit," tegas Sunardi.
Untuk memastikan pengembalian itu, akhirnya mahasiswa menyodorkan surat pernyataan kepada dekan. Unjukrasa pun bubar setelah Sunardi menandatangani surat pernyataan itu.

Sabtu, 25 Mei 2013

Tokoh Inspirasi Bangsa



Negara berkembang maupun negara maju pasti tidak lepas dari yang namanya pendidikan, karena untuk membentuk suatu negara yang unggul diperlukan pendidikan sebagai sarana pembentuk generasi penerus bangsa yang berintelektual tinggi. Semakin baik kualitas pendidikan suatu negara, dapat dikatakan sumberdaya manusia yang dimiliki semakin baik pula untuk memajukan dan mengharumkan negaranya. Untuk membentuk SDM yang unggul tersebut diperlukan pendidikan yang tinggi dan tentunya berkualitas. Kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh sarana dan prasarana pendidikan tersebut, tetapi juga ditentukan oleh peran seorang tokoh hebat yang kita kenal dengan sebutan  guru. Menjadi seorang guru tidaklah semudah yang orang pikirkan.Tugas seorang guru amatlah berat, tak hanya mengajar siswanya guru juga mempunyai tugas mendidik siswa agar kelak dapat tumbuh menjadi anak berguna bagi bangsa dan negaranya.
Hal terpenting namun sering terlupakan daris eorang guru dalam mendidik siswanya adalah kejujuran. Kejujuran adalah segala-galanya. Berbohong merupakan bibit dari korupsi dan menyontek adalah perilaku korupsi kecil. Lalu apakah seorang guru yang membiarkan siswanya menyontek telah mendidik siswanya untuk berperilaku jujur? Mari kita tengok, banyak siswa yang menyontek demi memperoleh nilai dan tugas terpenuhi tanpa mengerti apa yang mereka kerjakan. Tidak sedikit pula siswa yang mengikuti tambahan pelajaran “Les” pada guru mata pelajaran tertentu demi mendapat nilai yang bagus. Banyak guru jaman sekarang yang  hanya mengajarkan materi pada siswanya tanpa memperdulikan apakah siswanya memahami atau tidak. Guru meremehkan dan membiarkan siswanya tidak bisa serta mengajarkan siswanya bahwa nilai dapat dibeli dengan uang. Perilaku yang sering terjadi pada saat siswanya menghadapi UN, yaitu tidak percaya akan kemampuan siswa. Guru yang semacam itulah yang menyebabkan merosotnya mutupendidikan suatu negara. Guru yang hanya memikirkan upah / gaji saja, namun tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang guru dengan baik.
Negara kita merupakan negara yang sangat luas. Terdiri dari beribu-ribu pulau serta suku bangsa. Dari berbagai macam ras dan etnik, masih banyak yang belum mengenyam pendidikan secara maksimal. Di beberapa tempat terluar pulau Indonesia banyak anak-anak seusia SD belum mendapatkan pendidikan yang layak. Lihatlah, Sekolah yang ada di Pulau Sebatik (perbatasan Malaysia), jangankan komputer ataupun laptop, kondisi sekolah saja sangat jauh dari kata layak. Kondisinya dapat dikatakan sangat memprihatinkan, fasilitas belajar sudah tidak layak pakai dan gedung-gedung mulai rusak akibat belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Tak usah jauh-jauh, di Jember saja masih banyak daerah-daerah yang belum mendapatkan pendidikan yang layak, baik sarana prasarana maupun tenaga pendidik. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan di Indonesia masih belum merata. Tidak meratanya pendidikan juga mengakibatkan kualitas masyarakat Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Padahal pendidikan merupakan factor utama dalam membangun karakter bangsa.
Tugas guru memanglah berat, tapi jika dilakukan dengan ikhlas pasti menjadi ringan dan menyenangkan. Diperlukan guru yang berkualitas untuk dapat membangun karakter generasi penerus bangsa yang unggul. Guru harus memperhatikan cara mendidik siswa yang baik agar dapat mencetak sumber daya manusia yang nantinya dapat memajukan negara ini. Guru juga berperan penting dalam pemerataan pendidikan, tanpa hadirnya seorang guru, apalah artinya pendidikan di negara ini. Kita sebagai generasi penerus bangsa ikut bertanggung jawab atas pemerataan pendidikan di negara tercinta ini. Salah satu wadah untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui langkah nyata dibidang pendidikan ini adalah UJAR. Unej Mengajar “Ujar” merupakan langkah kecil untuk perubahan besar, inilah lading inspirasi untuk negeri. Menjadi Sobat Pengajar bukanlah pengorbanan, ini adalah kesempatan sekaligus kehormatan besar untuk mengenal bangsa Indonesia secara langsung dan utuh khususnya di Kabupaten Jember.