Negara berkembang
maupun negara maju pasti tidak lepas
dari yang namanya pendidikan, karena untuk membentuk suatu negara yang unggul diperlukan pendidikan sebagai sarana
pembentuk generasi penerus bangsa yang berintelektual tinggi.
Semakin baik
kualitas pendidikan suatu negara, dapat dikatakan sumberdaya
manusia yang dimiliki semakin baik pula untuk memajukan
dan mengharumkan negaranya. Untuk membentuk SDM yang unggul tersebut diperlukan
pendidikan yang tinggi dan tentunya berkualitas. Kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh sarana
dan prasarana pendidikan tersebut, tetapi juga ditentukan oleh peran seorang
tokoh hebat yang kita kenal dengan sebutan
guru. Menjadi seorang
guru tidaklah semudah yang orang pikirkan.Tugas seorang guru amatlah berat, tak
hanya mengajar siswanya guru juga mempunyai tugas mendidik siswa agar kelak dapat
tumbuh menjadi anak berguna bagi bangsa dan negaranya.
Hal
terpenting namun sering terlupakan daris eorang guru dalam mendidik siswanya adalah
kejujuran. Kejujuran adalah segala-galanya. Berbohong merupakan bibit dari korupsi
dan menyontek adalah perilaku korupsi kecil. Lalu apakah seorang guru yang
membiarkan siswanya menyontek telah mendidik siswanya untuk berperilaku jujur? Mari
kita tengok, banyak siswa yang menyontek demi memperoleh nilai dan tugas terpenuhi
tanpa mengerti apa yang mereka kerjakan. Tidak sedikit pula siswa yang
mengikuti tambahan pelajaran “Les” pada
guru mata pelajaran tertentu demi mendapat nilai yang bagus. Banyak guru jaman sekarang
yang hanya mengajarkan materi pada siswanya
tanpa memperdulikan apakah siswanya memahami atau tidak. Guru meremehkan dan membiarkan
siswanya tidak bisa serta mengajarkan siswanya bahwa nilai dapat dibeli dengan uang.
Perilaku yang sering terjadi pada saat siswanya menghadapi UN, yaitu tidak percaya
akan kemampuan siswa. Guru yang semacam itulah yang menyebabkan merosotnya mutupendidikan
suatu negara. Guru yang hanya memikirkan upah / gaji saja, namun tidak menjalankan
tugasnya sebagai seorang guru dengan baik.
Negara
kita merupakan negara yang sangat luas. Terdiri dari beribu-ribu pulau serta suku
bangsa. Dari berbagai macam ras dan etnik, masih banyak yang belum mengenyam pendidikan
secara maksimal. Di beberapa tempat terluar pulau Indonesia banyak anak-anak seusia
SD belum mendapatkan pendidikan yang layak. Lihatlah, Sekolah yang ada di Pulau
Sebatik (perbatasan Malaysia), jangankan komputer ataupun laptop, kondisi sekolah
saja sangat jauh dari kata layak. Kondisinya dapat dikatakan sangat memprihatinkan,
fasilitas belajar sudah tidak layak pakai dan gedung-gedung mulai rusak akibat belum
pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Tak
usah jauh-jauh, di Jember saja masih banyak daerah-daerah yang belum mendapatkan
pendidikan yang layak, baik sarana prasarana maupun tenaga pendidik. Hal ini membuktikan
bahwa pendidikan di Indonesia masih belum merata. Tidak
meratanya pendidikan juga mengakibatkan kualitas masyarakat Indonesia
tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Padahal pendidikan merupakan factor
utama dalam membangun karakter bangsa.
Tugas guru memanglah berat,
tapi jika dilakukan dengan ikhlas pasti menjadi ringan dan menyenangkan. Diperlukan
guru yang berkualitas untuk dapat membangun karakter generasi penerus bangsa
yang unggul. Guru harus memperhatikan cara mendidik siswa yang baik agar dapat mencetak
sumber daya manusia yang nantinya dapat memajukan negara ini. Guru juga berperan
penting dalam pemerataan pendidikan, tanpa hadirnya seorang guru, apalah artinya
pendidikan di negara ini. Kita sebagai generasi penerus bangsa ikut bertanggung
jawab atas pemerataan pendidikan di negara tercinta ini. Salah satu wadah untuk
membantu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui langkah nyata dibidang pendidikan
ini adalah UJAR. Unej Mengajar “Ujar”
merupakan langkah kecil untuk perubahan besar, inilah lading inspirasi untuk negeri.
Menjadi Sobat Pengajar bukanlah pengorbanan, ini adalah kesempatan sekaligus kehormatan
besar untuk mengenal bangsa Indonesia secara langsung dan utuh khususnya di
Kabupaten Jember.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar